LAPORAN PRAKTIKUM
MORFOLOGI TUMBUHAN
RUMUS
DAN DIAGRAM BUNGA (Flos)
Oleh
:
Fauziatul Islamiyah (12222036)
Dosen Pembimbing :
Delima Engga Mareta, S.Pd., M.Kes
PROGRAM STUDI TADRIS
BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan
tubuh tumbuhan. Morfologi tumbuhan juga menguraikan tentang fungsi
masing-masing bagian dari bentuk dan susunan tumbuhan. Apabila suatu pertumbuhan batang berhenti, maka ruas-ruas batang
akan memendek. Daun-daun akan tersusun sangat rapat. Biasanya daun yang
tersusun sangat rapat tersebut seakan-akan tersusun dalam lingkaran-lingkaran.
Pada akhirnya, susunan tersebut akan bermetamorfosis atau termodifikasi menjadi
daun.
Suatu bunga yang lengkap mempunyai daun kelopak, daun mahkota,
benang sari, putik, dan daun buah. Bunga terdiri atas bagian yang fertil, yaitu
benang sari dan daun buah, serta bagian yang steril yaitu daun kelopak dan daun
mahkota. Meskipun struktur dan ontogeni bunga telah banyak diteliti, hingga
saat ini para ahli belum sepakat mengenai konsep bunga. Salah satu sebab adalah
kurangnya informasi mengenai fosil bunga. Teori yang biasa dianut mengganggap
bahwa bunga adalah homolog dengan pucuk vegetatif, dan daun bunga homolog
dengan daun hijau (phyllom). Konsep yang juga dianut,
yakni bahwa macam daun yang ditemukan pada paku, Gymnospermae dan Angiospermae,
yang berkembang dari sistem cabang, telah memunculkan dugaan bahwa, dalam suatu
evolusi paralel antara daun dan bagian bunga, pemisahan antara keduanya telah
terjadi sebelum bentuk daun muncul.
Bunga merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi untuk mengadakan
penyerbukan dan pembuahan sehingga terbentuk buah dan biji yang digunakan untuk
perkembangan generatif pada tumbuhan biji.
Bunga adalah bagian tumbuhan yang sering dideskripsikan. Dalam
mendeskripsikan bunga, selain dengan kata-kata, dapat ditambahkan dengan
gambar-gambar yang melukiskan bagian-bagian bunga atau diagram bunga. Kecuali
dengan diagram, susunan bunga dapat dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri
atas lambang-lambang atau huruf-huruf dan angka-angka yang semua itu dapat
memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
1.2. Tujuan
Untuk membuat
rumus bunga dan diagram bunga.
\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bagian
Bagian Bunga
Bunga pada umumnya mempunyai bagian berikut:
a.
Tangkai
bunga (pedicellus),
yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali
terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun,
berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan
bunga.
b.
Dasar
bunga (receptaculum),
yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas-ruas yang amat pendek,
sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian
bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya tampak duduk dalam
satu lingkaran.
c.
Hiasan
bunga (perianthium),
yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk
lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas. Biasanya hiasan
bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu
lingkaran. Jadi bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran:
a)
Kelopak
(kalyx),
yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna
hijau, dan sewaktu bunga masih kuncup merupakan selubungnya, yang melindungi
kuncup tadi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa
daun kelopak (sepala). Daun-daun kelopak pada
bunga dapat berlekatan satu sama lain, dapat pula terpisah-pisah.
b)
Tajuk
bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga
yang merupakan lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna
bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas
sejumlah daun mahkota (petala), yang seperti halnya dengan
daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak (Tjitrosoepomo, 2007).
2.2. Kelamin
Bunga
Bunga
biasanya mempunyai dua macam alat kelamin, dan justru alat-alat itulah yang
sesungguhnya merupakan bagian-bagian bunga yang terpenting, karena dengan
adanya alat-alat tersebut dapat kemudian dihasilkan alat perkembangbiakan atau
calon tumbuhan baru (Steenis, 2006).
Bardasarkan
alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, bunga dapat dibedakan
menjadi (Tjitrosoepomo, 2007).
a.
Bunga
banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), yaitu bunga yang
padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin
betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap,
kerena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan
mahkota, misalnya pada bunga terung (Solanum melongena L.) ditunjukkan
dengan lambang ♀.
b.
Bunga
berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya
terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin
yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam:
1.
Bunga
jantan (flos
masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik,
misalnya bunga jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan. Bunga jantan
seringkali ditunjukkan dengan lambang ♂.
2.
Bunga
betina (flos
feminieus), yaitu bunga yang tidak mempunyai banang sari, melainkan
hanya putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga
betina ditunjukkan dalam lambang ♀.
c.
Bunga
mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat benang sari maupun
putik. Misalnya bunga pinggir (Hellianthus annuus L).
2.3.
Diagram Bunga
Diagram bunga merupakan gambaran proyeksi pada
bidang datar dari semua bagian yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu
digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun
kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian lain yang
masih ada selain keempat bagian utama tesebut.
Dalam membuat diagram bunga perlu diperhatikan
letak bunga pada tumbuhan (Iaxillaries atau terminalis) dan
bagian-bagian bunga (jumlah, bentuk, kedudukan) itu sendiri. Pembuatannya
sendiri dapat secara empirik (keadaan sesungguhnya) atau teoritik (keadaan
seharusnya) (Hidayat,
1995).
Diagram
bunga merupakan gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya
secara skematis, dengan memproyeksikan suatu bunga ke dalam bidang datar.
Diagaram bunga berisi simbol-simbol yang melukiskan letaknya, apakah diujung
batang, atau diketiak daun. Juga melukiskan jumlah perhiasan dan kelamin bunga,
secara berurutan dari bagian terluar hingga bagian yang paling dalam, yang
ditunjukan oleh rumus bunga (Rosanti, 2013).
Bagian–bagian
bunga duduk diatas dasar bunga, masing–masing teratur dalam satu lingkaran atau
lebih. Dalam diagram bunga, masing–masing bagian harus digambarkan sedemikian
rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan
lambing yang sama. Mengingat bahwa yang digambar pada diagram itu
penampang–penampang melintang masing–masing bagian bunga, maka kemungkinan
adanya persamaan gambar hanyalah mengenai daun daun kelopak dan daun tajuk
bunga, sedangkan mengenai benang sari dan putiknya rasanya tidak akan terjadi
kekeliruan (Moertolo, 2004).
Bagian bunga yang akan
diproyeksi, dibuat dalam bentuk lingkaran, sebanyak jumlah perhiasan dan
kelamin bunga tersebut. Biasanya terdiri dari empat atau lebih lingkaran.
Setiap lingkaran menggambarkan letak perhiasan (kelopak dan mahkota) bunga,
serta alat kelamin bunga (benang sari dan putik), dengan jumlah masing-masing.
Urutan terluar adalah kelopak, mahkota, benang sari dan putik (Rosanti, 2013).
2.4. Rumus Bunga
Susunan
bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri atas
lambang-lambang, huruf-huruf, dan angka-angka, yang semua itu dapat memberikan
gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian–bagiannya (Savitri,
2005).
Lambang-lambang
yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan
simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf–huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian
bunga. Disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi yang
memperlihatkan hubungan bagian–bagian bunga satu sama lain (Tjitrosoepomo,
1995).
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat
ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut (Sumardi,
1993) :
a. Kelopak,
yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx).
b. Tajuk atau
mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla.
c. Benang-benang
sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan dari androecium.
d. Putik, yang
dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium.
Jika
kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan
huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata
perigonium (Savitri, 2008).
Dibelakang huruf-huruf tadi lalu
ditaruhkan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi, dan
diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu di taruh
koma. Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang
sari dan putik yang terjadi dari sehelai daun buah, maka rumusnya adalah (Fahn,
1991).
K5, C5, A10, G1. (Bunga merak)
Di depan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan
simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu: * untuk
bunga yang bersimetri banyak dan tanda ↑ untuk bunga yang bersimetri satu. Jadi
hal ini rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi (Fahn,
1991).
↑ K5, A5, A10, G1
Sedang bunga lilia gereja yang bersifat aktinimorf rumusnya
menjadi (Parwata, 2009).
*P6,
A6, G3
Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus
bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga.
Untuk bunga yang banci di pakai lambang: ♀, untuk bunga jantan dipakai lambang:
♂, dan untuk bunga betina dipakai lambang: ♀. Lambang jenis kelamin ditempatkan
di depan lambang simetri. Jika kedua contoh rumus tersebut di atas dilengkapi
dengan lambang jenis kelamin, maka rumusnya menjadi (Sumardi, 1993).
♀ ↑ K5, A5, A10, G1 dan ♀*P6, A6, G3
Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih dari
pada satu lingkaran. Bunga-bunga yang dipakai contoh diatas misalnya
masing-masing mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga
merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari, dengan 5 benang sari dari
tiap lingkaran, sedang bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun tenda
bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilang 3. Dalam hal yang
demikian dibelakang huruf yang menunjukkan bagian yang tersusun dalam lebih
daripada satu lingkaran tadi harus di taruh 2 kali angka yang menunjukkan
jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tanda (+) diantara kedua angka
tadi. Contoh (Hidayat, 1995).
♀ ↑ K5, C5, A5 + 5,G1 dan ♀ * P3 + 3, A3 + 3, G3
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Desember 2013 pada pukul 15:00-16:00 WIB
di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.
3.2. Alat dan
Bahan
3.2.1.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu, Nampan/baki, Cutter/silet, Alat Tulis (Penggaris, Jangka,
Pensil, Kertas).
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu,
Bunga sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis), Bunga tasbih (Canna
sp), Ranting alamnada (Allamanda catrhartica L), Bunga kertas (Bougenvilia
spectabilis), Bunga teratai (Nyamphaea lotus L), Bunga anggrek
kalajengking (Arachis flos-aeris), Bunga mawar (Rosa sp).
3.3. Cara Kerja
a.
Mempersiapkan
semua alat dan bahan
b.
Membuat
rumus bunga dari bahan-bahan yang tersedia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Bunga
|
Rumus
|
Bunga
Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
|
♀, K(5), C(5), A~, G5.
|
Bunga
Allamanda (Allamanda cathartica)
|
♀, K(5), C(5), A~, G1.
|
Bunga
Kertas (Bougenvilia spectabilis)
|
♀, ↑, K 3+(5)+(5)+(5), C (5)+(5)+(5), A~
(8)+(8)+(8), G3.
|
Bunga
Tasbih ( Canna sp)
|
♀, K 3+3, C(5), ((2+2+1),A1), G1.
|
Bunga
Teratai ( Nymphaea lotus L)
|
♀, P ~, A~.
|
Bunga
Anggrek ( Arachis flos-aeris)
|
♀, P (5), A0, G1.
|
Bunga
Mawar (Rosa sp)
|
♀, ↑, K 5,
C 5+5+5, A~, G~.
|
Diagram
|
Keterangan
|
a.
Bunga sepatu
|
1. Calyx
2. Gynaceum
3. Androceum
4. Corolla
|
b.
Bunga
Allamanda
|
1. Calyx
2. Gynaceum
3. Androceum
4. Corolla
|
c.
Bunga Anggrek
|
1. Perigonium
2. Gynacium
|
d.
Bunga Tasbih
|
1. Calyx
2. Androcium
3. Gynacium
|
e.
Bunga Teratai
|
1. Androecium
2. Calyx
|
f.
Bunga Mawar
|
1. Calyx
2. Androcecium
3. Gynaceum
|
g.
Bunga Kertas
|
1. Calyx
2. Corolla
3. Pgynaecium
|
4.1. Pembahasan
1.
Bunga Sepatu
( Hibiscus rosa-sinensis)
Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga sepatu (Hibiscus
rosa sinensis) ini mempunyai bagian-bagian bunga yaitu diantaranya, benang sari, mahkota, kelopak, dan putik sedangkan bunga sepatu ini yaitu berjenis kelamin hermaprodit atau bisa
juga di sebut dengan banci, karena mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga
yaitu benang sari dan putik. Bunga ini mempunyai jumlah kelopak 5, bunganya
terletak di ujung, dan bakal buah terletak di dasar. Adapun rumus bunga dari
bunga sepatu ini yaitu: ♀, K(5), C(5), A~, G5.
2. Bunga Allamanda (Allamanda cathartica L)
Berdasarkan pengamatan
pada bunga allamanda, ini mempunyai bagian–bagian bunga yaitu diantaranya,
kelopak bunga, putik, benanga sari, mahkota bunga. Sedangkan bunga allamanda
ini yaitu berjenis
kelamin hermaprodit atau bisa juga di sebut dengan banci, karena mempunyai dua
alat kelamin pada satu bunga yaitu benang sari dan putik. Bunga ini mempunyai kelopak 5 dan benang sari yang tak terhingga,
dan bakal buah terletak di dasar, adapun rumus bunganya yaitu, ♀, K(5), C(5), A~, G1.
3. Bunga Anggrek kalajengking ( Arachis flos-aeris)
Berdasarkan pengamatan pada bunga Anggrek ini mempunyai bagian–bagian bunga
yaitu diantaranya, Tenda bunga dan putik. Sedangkan bunga Anggrek ini yaitu berjenis kelamin hermaprodit atau bisa
juga di sebut dengan banci, karena mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga
yaitu benang sari dan puti. Bunga ini
memiliki Tenda bunga berjumlah 5 dan putiknya 1. Adapun rumus bunga anggrek ini
yaitu, ♀, P (5), A0, G1.
4. Bunga Tasbih ( Canna sp)
Berdasarkan pengamatan pada bunga Tasbih ini mempunyai bagian-bagian bunga
yaitu diantaranya, kelopak bunga, Benang Sari dan Putik, Mahkota bunga.
Sedangkan bunga Tasbih ini yaitu berjenis kelamin hermaprodit atau bisa juga di
sebut dengan banci, karena mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga yaitu
benang sari dan putik. Kelopak
bunga berjumlah 3 dan rangkap 3, adapun rumus bunganya yaitu, ♀, K 3+3, C(5), ((2+2+1),A1), G1.
5. Bunga Teratai ( Nymphaea
lotos L)
Berdasarkan pengamatan pada bunga Teratai ini mempunyai bagian-bagian bunga
yaitu diantaranya, Benang sari, dan kelopak bunga. Sedangkan bunga teratai ini yaitu berjenis kelamin hermaprodit atau bisa
juga di sebut dengan banci, karena mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga
yaitu benang sari dan putik. Adapun rumus
bunganya yaitu, ♀, P ~, A~.
6. Bunga
Mawar (Rosa sp)
Berdasarkan pengamatan pada bunga Mawar ini mempunyai bagian-bagian bunga
yaitu diantaranya, Benang sari, dan kelopak bunga, putik. Sedangkan bunga mawar
ini yaitu berjenis
kelamin hermaprodit atau bisa juga di sebut dengan banci, karena mempunyai dua
alat kelamin pada satu bunga yaitu benang sari dan putik. Memiliki kelopak bunga 5. Adapun rumus bunganya yaitu, ♀,
↑, K 5, C 5+5+5, A~, G~.
7.
Bunga Kertas (Bougenvilia spectabilis)
Berdasarkan pengamatan pada bunga Kertas ini mempunyai bagian-bagian bunga
yaitu diantaranya, Benang sari, dan kelopak bunga, putik. Sedangkan bunga
kertas ini yaitu berjenis kelamin hermaprodit atau bisa juga di sebut dengan banci,
karena mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga yaitu benang sari dan putik. Adapun rumus bunganya yaitu, ♀,
↑, K 3+(5)+(5)+(5), C (5)+(5)+(5), A~
(8)+(8)+(8), G3.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Bunga
sepatu (Hibiscus rosa sinensis), Bunga tasbih (Canna sp), Ranting
alamnada (Allamanda catrhartica L), Bunga kertas (Bougenvilia
spectabilis), Bunga teratai (Nyamphaea lotus L), Bunga anggrek
kalajengking (Arachis flos-aeris), Bunga mawar (Rosa sp)
merupakan bunga berjenis kelamin hermaprodit atau bisa juga di sebut dengan banci, karena
mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga yaitu benang sari dan putik.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti
dalam menentukan sifat-sifat bunga, bagian-bagian bunga, dan jumlah bagian
bunga agar dalam menentukan rumus bunga dan membuat diagram bunga tidak terjadi
kesalahan dan didapatkan hasil yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Esteti, B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Press.
Rosanti, Dewi.
2013. Morfologi tumbuhan. Palembang: Erlangga
Savitri,
Evika Sandi. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam.
Malang: UIN Press.
Steenis Van. 2006. Flora. Jakarta: PT Pradnya
Paramita
Sumardi, Issrep. 1993. Struktur
dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 1995. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar