Sabtu, 05 Desember 2015

laporan prkatikum zoologi filum molusca

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dengan keanekaragaman yang cukup tinggi. Salah satu organisme yang banyak dijumpai dan dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari merupakan dari Filum  Mollusca. Mollusca merupakan hewan yang mempunyai bentuk morfologi tubuh yang lunak. Hidup  sejak periode Cambrian, terdapat lebih dari 100.000 spesies hidup dan 35.000 spesies fosil kebanyakan dijumpai di laut dangkal dan ada pula yang hidup pada kedalaman sampai 7000 meter beberapa lainnya mempunyai habitat air payau, air tawar dan daratan (Wulandari, 2010).
Kata  Mollusca  berasal  dari  bahasa  Latin  mollis  yang berarti lunak. Oleh sebab itu, Mollusca disebut hewan bertubuh lunak.  Anggota dari Filum Mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat beranekaragam, dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai  kaki  sampai bentuk  hampir bulat tanpa kepala dan tertutup dua keping cangkang besar .  Oleh  sebab  itu  berdasarkan bentuk  tubuh  dan  jumlah  cangkang, serta beberapa sifat lainnya Phylum Mollusca dibagi menjadi 8 kelas yaitu Chaetodermomorpha, Neomeniomorpha, Monoplacophora, Polyplacophora,  Gastropoda,  Pelecypoda, Scaphopoda dan Cephalopoda.  Namun yang akan dari 8 kelas tersebut hanya 3 kelas yang mempunyai nilai  ekonomis penting yaitu Gastropoda, Pelecypoda dan Cephalopoda.  Ketiga kelas tersebut memberikan manfaat bagi manusia yaitu dapat digunakan sebagai bahan makanan seperti pada Burungo (Telescopium telescopium), Kalandue (Polymesoda sp), Gurita (Octopus sp), dan Cumi-cumi (Loligo sp) (Sari, 2013).
Di daerah perairan laut yang sangat luas dan merupakan negara tropis, memiliki organisme dengan keanekaragaman yang cukup tinggi dan merupakan sumber protein hewani yang dapat dikonsumsi.  Dibandingkan kelompok hewan lain, Mollusca merupakan kelompok hewan yang dapat bertahan hidup pada berbagai habitat yang berbeda-beda.  Umumnya Mollusca senantiasa hidup serta berinteraksi dengan lingkungan tempat di mana meraka berada.  Sebagian di antaranya mendiami daerah ekstrim yaitu daerah pasang surut (Andre, 2013).

1.2  Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum ini yaitu:
a.  Dapat mengetahui bagian bagian yang terdapat pada morfologi dari spesies filum Molusca
b. Dapat mengetahui bagian-bagian yang terdapat pada anatomi spesies pada filum Molusca



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Mollusca      
Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom Animalia. Mollusca dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota Filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, Octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping Arthropoda.  Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang. Lubang anus dan eksketori umumnya membuka ke dalam rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami sirkulasi ruang terbuka (Wulandari, 2010).

2.2 Klasifikasi Mollusca
Berdasarkan bidang simetri, kaki, cangkang, mentel, insang dan sistem syaraf, Molusca terdiri atas lima kelas yaitu (Rusyana, 2011):
a.         Amphineura, Tubuh pipih, tidak ditemukan bagian kepala, memiliki punggung yang dilindungi cangkang. Contoh: Chiton sp, Chaetopleura apiculata, Neomenia carimata.
b.         Gastropoda, Bergerak menggunakan perut, tubuh memiliki cangkang yang melintir, kepala dibagian depan, pada bagian kepala terdapat tentakel panjang yang terdapat bintik mata dan tentakel pendek berfungsi sebagai indera pembau dan peraba. Hidup di darat, air tawar, air laut.
c.         Scaphopoda Memiliki cangkok berbentuk silinder, kedua ujung terbuka, kaki muncul dari ujung cangkang yang berfungsi untuk menggali pasir. Hidup dilaut, terpendam dipasir atau lumpur. Contoh : Dentalium vulgare
d.      Cephalopoda, Cephalopoda menggunakan kepala sebagai alat gerak, memiliki tentakel pada kepala, terdapat sepasang mata yang tidak berkelopak. Didekat kepala terdapat corong (sifon) yang dapat menyemprotkan air. Pada bagian perut terdapat kantung tinta. Cephalophoda terdiri dari 2 ordo, yaitu :
1.      Tetrabranchiata, contoh: Nautilus
2.  Dibranchiata, contoh: Loligo sp (cumi-cumi), Sepia sp (ikan sotong), Octopus sp
e.    Pelycypoda, kelas ini memiliki remis, tiran dan bangsa kepah lainya. Habitatnya diair tawar dan laut. Beberapa jenis Membenamkan diri dipasir atau lumpur, ada juga yang bergerak pelan atau menempel pada objek tertentu. Contoh: Nucula proxima, Solemya velum

2.3 Reproduksi dan Daur Hidup Mollusca
Molusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah pada individu lain. Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk menghasilkan telur. Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu dewasa. Reproduksi Cephalopoda umumnya  Dioecious, Gonad terletak di ujung posterior dan selalu terjadi perkawinan, sperma yang dihasilkan oleh testis di alirkan ke seminal viccle, dikumpulkan  dan dibungkus dalam semacam kapsul yang disebut spermathopora. Kemudian Spermathopora disimpan dalam kantung penyimpanan yang besar, yaitu kantung needham yang mempunyai bukaan dirongga mantel sebelah kiri. Telur dibungkus dengan albumin, kemudiaan dilapisi zat semacam agar yang mengeras apabila terkena air laut. Ocviduct bermuara  di rongga mantel. Salah satu tangan coleoid bermodifikasi untuk memindahkan spermathopora dari kantung needham ke dinding rongga mantel betina dekat oviduct  (Aslan, 2010).
Reproduksi  pelecypoda umumnya dioecious, mempunyai sepasang gonad yang terletak berdampingan dengan usus , kopulasi tidak ada.  Beberapa jenis pelecypoda bersifat hermafrodit, menghasilkan telur dan sperma pada bagian dalam gonad yang sama dan mempunyai  gonoduct yang sama (Aslan, 2010).

2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan Mollusca
Makanan dan kebiasaan makan pada gastropoda beragam yaitu ada bersifat Herbivora, Karnivora, Ciliary feeder, Deposit feeder, parasit maupun Scavenger.  Pada kebanyakan gastropod, radula merupakan alat untuk makan yang tingkat  perkembangannya  sudah tinggi, meskipun ada beberapa jenis yang tidak mempunyainya.  Jumlah gigi pada radula 16 sampai 750.000 buah, tergantung pada jenisnya (Aslan, 2010).
Molusca memiliki alat pencernaan sempurna mulai dari mulut yang mempunyai radula (lidah parut) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga mantel. Di samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik. Sistem pencernaan pada Gastropoda dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk. Di dalam mulut terdapat lidah parut atau radula dengan gigi-gigi kecil dari kitin. Selanjutnya terdapat kerongkongan, kemudian lambung yang bulat, usus halus dan berakhir di anus. Gastropoda umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Sistem pencernaan makanan pada cumi-cumi dan gurita terdiri atas mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus buntu, usus dan anus. Pada sistem pencernaan dilengkapi dengan kelenjar pencernaan yaitu kelenjar ludah, hati dan pankreas. Makanan cumi-cumi berupa ikan, udang dan Mollusca lainnya. Sistem pencernaan pada Kalandue (Polymesoda sp.)  dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa Protozoa diatom. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus (Suwignyo, 2005).
Semua Cephalopoda adalah karnivora,mempunyai penglihatan yang tajam untuk mencari mangsa, dan menggunakan tangan atau tentakelnya untuk menangkap mangsa.  Octopus menunggu mangsa di tempat persembunyiannya atau berburu mangsa di malam hari.  Makananya berupa siput, ikan dan terutama kepiting  yang ditangkap dengan tangan-tangannya kemudian dilumpuhkan memakai racun dari kelenjar ludahnya.  Loligo sp. Memangsa ikan dan udang pelagis dengan cara berenang cepat ke kawasan ikan mackerel muda, dan menangkap seekor ikan dengan tentakelnya. Kebanyakan kelas Pelecypoda adalah filter feeder dan memakan plankton, terutama Phytoplankton dan butir-butir lain.  Pada sub kelas septibranchia, dimana insang menghilang, hidup secara karnivora atau scavenger.  Sebagai ciliary feeder, radula tidak diperlukan, jadi golongan ini tidak memiliki radula.  Dari mulut makanan dialirkan ke esopagus, ke perut dan usus.  Akhirnya makanan yang tidak di cerna dibuang melalui anus yang bermuara pada lubang air keluar.  Semua Cephalopoda carnivora, mempunyai radula, tetapi yang penting adalah rahang berbentuk paru yang kuat, berguna untuk mengunyak dan menggigit mangsa.  Mangsa terdiri atas ikan dan berbagai avertebrata, tergantung besarnya masing-masing jenis.  Loligo mundur dengan cepat pada kawasan ikan tuna muda, menangkap seekor ikan dengan cepat, menggigit sepotong daging membentuk segitiga pada bagian leher (merusak benang saraf).  Uniknya gigitan itu selalu pada tempat yang sama.  Octopus menunggu mangsa di dekat sarangnya (lubang atau cela batu).  Makanan Octopus dan Loligo adalah siput, kepiting atau ikan yang lewat, ditarik dan ditangkap dan di bawa kesarangnya (Suwignyo, 2005).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Adapun Praktikum filum Protozoa ini dilaksanakan pada hari rabu, 20 November 2013 pada pukul 13:20-15:00 WIB dilaksanakan di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri  Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1   Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, sterofom, gunting, silet, karter, jarum pentol, dan up/mikroskop binokuler.
3.2.2   Bahan
 Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Bekicot (Achatina fulica) dan Cumi cumi (Loligo sp).

3.3      Cara Kerja
3.3.1 Kelas Amphineura
a.          Pengamatan morfologi luar tubuh
Dengan menggunakan lup atau mikroskop perhatikan bagian dorsal dan ventral tubuh chiton. hitung cangkang yang dimiliki hewan tersebut. perhatikan apakah kepala tersebut memiliki mata tantakel, dimana letak mulut dan anus. Hitunglah berapa insang yang dimiliki. Carilah gonopore dan nephiridiopore hewan tersebut, kemudian gambarlah masing masing lubang tersebut.
b.         Pengamatan struktur anatomis tubuh Chiton
c.          Gambarlah pada lembar kerja hasil pengamatan
             3.3.2   Kelas Scappophoda
a.          Pengamatan morfologi luar tubuh
Dengan menggunakan lup atau mikroskop binokuler perhatikan bagian anterior, posterior, dorsal dan ventral tubuh dentalium. Amati bentuk cangkangnya, gambarlah pada lembar kerja tubuh hewan dan bagian bagian tubuhnya.
b.         Pengamatan struktur anatomi tubuh
Pecahkan cangkangnya, amati dan deskripsikan organ organ penyusun sistem pencernaan, sirkulasi, ekskresi, saraf dan reproduksi. Gambarlah pada lembar kerja.
3           3.3.3   Kelas Gastropoda
a.          Pengamatan morfologi luar tubuh
Letakan Bekicot diatas kacang, perhatikan cangkangnya , perhatikan gerakanya, carilah tentakel, mulut, dan lubang kelaminya. Amati berapa tantakelnya. Kemudian gambarlah dilembar kerja.
b.         Pengamatan struktur anatomi tubuh
Dengan menggunakan pisau tumpul, pecahkanlah cangkangnya lalu amati lapisan penyusun cangkang dan carilah periostokum, calcareous, dan nacreous atau pearly.
3.3.4   Kelas Pelycypoda
a.          Pengamatan morfologi luar tubuh
Dengan menggunaan lup atau mikroskop binokuler amati bagian tubuh kerang, amati kedua ujung tubuh kerang, lalu tentukan bagian enterior dan posterior, kemudian gambar hasil pengamatan pada lembar kerja.
b.         Pengamatan struktur anatomis tubuh
Dengan menggunakan skalpel buka cangkangnya, amati lapisan lapisan penyusun cangkang. Carilah amati mentelnya, dan carilah serta amati organ organ penyusun. Lalu gambarlah hasil pengamatan pada lembar kerja.
3.3.5   Kelas Cephalopoda
a.          Pengamatan morfologi luar tubuh
Tentukan bagian dorsal, ventral, anterior, dan posterior tubuh, dan  tentukan pula tangan dan tentekelnya, amati batil penghisap pada permukaan tangan dan tantakelnya, kemudian gambarlah hasil pengamaan.
       b.      Pengamatan struktur anatomi tubuh
    Bedahlah sepanjang garis median mentel tubuh bagian posterior, pembedahan     dimulai dari bagian kearah yang berdekatan dengan sifon menuju kebagian dorsal tubuh. Hati hati jangan memotong rectum dan kantung tinta. Cari dan amati organ organ penyusun sistem peredaran, pernapasan. 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Bekicot
a. Gambar Referensi Morfologi Bekicot (Achatia fulica)





       b. Gambar Morfologi Bekicot (Achatia fulica)











c.       Gambar Referensi Anatomi Bekicot (Achatia fulica)





d.      Gambar Anatomi Bekicot (Achatia fulica)


















4.1.2 Cumi-cumi (Loligo sp)
a. Gambar Referensi Morfologi Cumi-cumi (Loligo sp

b. Gambar Morfologi Cumi-cumi (Loligo sp)












c.       Gambar Referensi Anatomi Cumi-cumi (Loligo sp)

d.      Gambar Anatomi Cumi-cumi (Loligo sp)















4.2 Pembahasan
4.2.1 Bekicot (Achatia fulica)
a. Morfologi Tubuh Bekicot (Achatia fulica)
Dari hasil pengamatan praktikum bekicot diperoleh morfologi bagian kepala terdapat photoreseptor (sepasang tentakel yang panjang ,tegak ke atas), sebagai alat penerima rangsang cahaya karena memiliki stigma (mata di ujung tetakel, berbentuk bulat) dan stylus (tungkai tentakel) yang dapat dijulurkan dan ditarik. Khemoreseptor (tentakel pendek ,sepasang ,mengarah ke bawah ) sebagai alat penerima sensor kimiawi sekaligus sebagai alat peraba. Rima oris (Celah mulut), tepinya bergigi halus (radula) untuk membuktikannya, perlu mulutnya diraba dengan ujung jari. Kaki perut (gastropodos), lebar dan pipih, sebagai alat gerak, memiliki banyak kelenjar penghasil mucus (lendir) bagian muskuler ini dapat di konsumsi. Anus (muara saluran cerna ) nampak jelas, dan porus genitalis (muara organ genitalia), terletak di bagian photoreseptor, berfungsi untuk lewatnya penis pada saat Kopulasi.
b.    Anatomi Bekicot (Achatia fulica)
Anatomi bekicot pada hewan hermaprodit tidak dapat dibedakan antara jantan dan betinanya, karena tiap Individu memproduksi ovarium dan sperma sekaligus. Sperma dari tubuh bekicot tidak dapat dibuahi sel telur yang diproduksinya sendiri. Sistem respirasi bekicot yang hidup di air bernapas dengan insang. Sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang. Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru. Sistem ekskresi berupa sepasang nefrida yang berfungsi sama dengan ginjal. Habitatnya hidup di air laut, tawar, darat dan sebagian hidup sebagai parasit.
4.2.2 Cumi-cumi (Loligo sp)
a. Morfologi Tubuh Cumi-cumi (Loligo sp)
Pada praktikum yang telah dlakukan diketahui bahwa morfologi
tubuh cumi relatif panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala, leher dan badan. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke belakang, sifon akan menyemburkan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya. Di bagian perut, tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh. Pada saat itu cumi-cumi dapat meloloskan diri dari lawan. Sedangkan pada anterior badan terdapat endoskeleton.
Menurut Jasin (1984), tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala , leher, dan badan. Kepala cumi-cumi besar, matanya berkembang dengan baik karena dapat berfungsi untuk melihat. Mulutnya terdapat di tengah-tengah, dikelilingi oleh 10 tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek. Tentakel panjang berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Pada setiap tentakel terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat sirip yang penting untuk keseimbangan tubuh. Pada dinding permukaan dorsal terdapat pen yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh tubuh cumi-cumi terbungkus oleh mantel. Di bagian punggung, mantel melekat pada badan, sedangkan di daerah perut tidak melekat, sehingga terbentuk rongga  disebut rongga mentel.
Menurut Jasin (1984), Cumi-cumi dapat bergerak dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan tentakel dan dengan menyemprotkan air dari rongga mantel. Bila rongga mentel penuh air, dan air menyemprot melalui sifon menyebabkan tubuh cumi-cumi terdorong mundur. Semprotan air menimbulkan dorongan yang sangat kuat terhadap tubuh cumi-cumi, sehingga timbul gerakan seperti panah, itulah sebabnya cumi-cumi sering disebut panah laut. Alat pencernaan cumi-cumi terdiri atas mulut, pharynx, kerongkongan, lambung, usus buntu, usus dan anus. Sistem pencernaan cumi-cumi telah dilengkapi kelenjar pencernaan yang meliputi kelenjar ludah, hati, dan pancreas. Makanan cumi-cumi adalah udang-udangan, mollusca lain, dan ikan. Anus cumi cumi bermuara pada rongga mantel. Cumi-cumi hanya dapat berkembang biak secara kewin. Alat kelaminnya terpisah, masing-masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel dekat saluran yang terbuka kearah corong sifon. Cumi-cumi betina menghasilkan telur yang akan dibuahi di dalam rongga mentel. Kemudian, telur yang sudah dibuahi dibungkus dengan kepsul dari bahan gelatin. Telur yang menetas menghasilkan cumi-cumi muda berukuran kecil.
Menurut Sari (2013), hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada kepala terdapat delapan tangan-tangan dan dua tentakel. Umumnya mereka juga memiliki kantung tinta, yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan disemburkan dalam keadaan bahaya untuk menghindar dari musuhnya. Cephalopoda bernapas dengan insang dan memiliki organ indra serta sistem saraf yang berkembang baik, yang berguna untuk pergerakan dan mencari mangsa. Mata cephalophoda dapat melihat dan berfungsi seperti vertebrata. Cangkang cumi-cumi kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel. Cumi-cumi dapat bergerak sangat cepat dengan cara menyemprotkan air dari bawah mantelnya. Bila dalam bahaya cumi-cumi melarikan diri sambil menyemprotkan tinta berwarna hitam bersama-sama dengan air yang digunakan untuk bergerak dan cairan ini akan menghambat lawan, di dalam mulutnya terdapat radula. Ukuran tubuhnya berfariasi, dari beberapa centimeter hingga puluhan meter. Kecuali Nautilus, semua anggota tubuh Cephalopoda tidak terlindungi oleh cangkang.
b. Anatomi Tubuh Cumi-cumi (Loligo sp)
Hewan ini memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang pericardium dan membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus.
Menurut Andre (2013), Organ pencernaan di mulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat kitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua rahang tersebut di karenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang terletak di masa bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak ujung anterior hati dan mensekresi racun yang akan bermuara ke daerah rahang. Kelenjar pencernaan terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di anterior  dan pancreas terletak di posterior. Lambung bersifat muscular dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan. Zat-zat makanan akan menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ pencernaan berikutnya adalah rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel.
Menurut Andre (2013), Setelah cumi-cumi di belah dapat di ketahui organ-organ yang terdapat pada cumi-cumi tersebut. Yang mana di dalamnya terdapat sepasang insang yang berfungsi untuk pernafasan, kantong tinta yang berfungsi untuk tempat tinta pada cumi-cumi, penis yang berfungsi sebagai alat reproduksi, sepasang jantung insang, usus, jantung yang berfungsi sebagai alat sirkulasi, sepasang ginjal yang berwarna putih sebagai alat ekskresi, lambung yang berfungsi sebagai pencampur makanan dan hasil sekresi dari kelenjar pencernaan, rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel.




BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini diketahui pada morfologi bekicot terdapat bagian-bagian-bagian seperti mata, tentakel, mulut, apeks, body whorl, auter lip, dan operculum closing opertare. Dan pada anatomi terdapat bagian usus, paru, telur, hati, dan kelenjar saliva keluar lambung. Dan pada morfologi cumi-cumi terdapat bagian-bagian tentakel, kepala, mata, siphon, mantel, dan sirip.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati objek yang 

DAFTAR PUSTAKA

Andre. 2013. Morfologi dan Anatomi cumi-cumi. Website: http://www. Camauflagetatext. Com. Diakses pada 3 Januari 2013.

Aslan, M. 2011. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Kendari: Fakultas. Universitas Haluoleo.

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung. Alfabeta

Sari, Febrian. 2013. Morfologi cumi-cumi. Website: http://www. Marqueetextlive.
com. diakses pada 3 januari 2013.

Suwignyo, S. 2005. Avertebrata Air. Bogor: Lembaga Sumber Daya Informasi IPB.
         
Wulandari, Desi. 2010. Zoologi Invertebrata. Jakarta: Tunas gemilang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar