BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dengan keanekaragaman yang cukup tinggi. Salah satu organisme yang banyak
dijumpai dan dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari merupakan dari Filum
Mollusca. Mollusca merupakan hewan yang mempunyai bentuk morfologi tubuh yang
lunak. Hidup sejak periode Cambrian, terdapat lebih dari 100.000 spesies
hidup dan 35.000 spesies fosil kebanyakan dijumpai di laut dangkal dan ada pula
yang hidup pada kedalaman sampai 7000 meter beberapa lainnya mempunyai habitat
air payau, air tawar dan daratan (Wulandari, 2010).
Kata Mollusca berasal dari bahasa Latin
mollis yang berarti lunak. Oleh sebab itu, Mollusca disebut
hewan bertubuh lunak. Anggota dari Filum Mollusca mempunyai bentuk
tubuh yang sangat beranekaragam, dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak
mempunyai kaki sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan
tertutup dua keping cangkang besar . Oleh sebab itu
berdasarkan bentuk tubuh dan jumlah cangkang, serta
beberapa sifat lainnya Phylum Mollusca dibagi menjadi 8 kelas yaitu Chaetodermomorpha,
Neomeniomorpha, Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda,
Pelecypoda, Scaphopoda dan Cephalopoda. Namun yang
akan dari 8 kelas tersebut hanya 3 kelas yang mempunyai nilai ekonomis
penting yaitu Gastropoda, Pelecypoda dan Cephalopoda. Ketiga kelas
tersebut memberikan manfaat bagi manusia yaitu dapat digunakan sebagai bahan
makanan seperti pada Burungo (Telescopium telescopium), Kalandue (Polymesoda
sp), Gurita (Octopus sp), dan Cumi-cumi (Loligo sp) (Sari, 2013).
Di daerah perairan laut yang sangat luas dan merupakan negara tropis,
memiliki organisme dengan keanekaragaman yang cukup tinggi dan merupakan sumber
protein hewani yang dapat dikonsumsi. Dibandingkan kelompok hewan lain, Mollusca
merupakan kelompok hewan yang dapat bertahan hidup pada berbagai habitat yang
berbeda-beda. Umumnya Mollusca senantiasa hidup serta berinteraksi dengan
lingkungan tempat di mana meraka berada. Sebagian di antaranya mendiami
daerah ekstrim yaitu daerah pasang surut (Andre, 2013).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum ini yaitu:
a. Dapat mengetahui bagian bagian yang terdapat pada morfologi dari spesies
filum Molusca
b. Dapat
mengetahui bagian-bagian yang terdapat pada anatomi spesies pada filum Molusca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Mollusca
Mollusca merupakan filum terbesar
dari kingdom Animalia. Mollusca dibedakan menurut tipe kaki, posisi
kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Filum
Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota Filum ini
antara lain remis, tiram, cumi-cumi, Octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan
spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping Arthropoda.
Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral,
tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ
reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh
terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah
dorsal meluas menjadi satu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau
pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi
rongga mantel yang di dalamnya berisi insang. Lubang anus dan eksketori umumnya
membuka ke dalam rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah
rongga bukal yang umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis.
Esophagus merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah
khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran
pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan
yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus
panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung.
Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah
namun darah biasanya mengalami sirkulasi ruang terbuka (Wulandari, 2010).
2.2 Klasifikasi Mollusca
Berdasarkan
bidang simetri, kaki, cangkang, mentel, insang dan sistem syaraf, Molusca
terdiri atas lima kelas yaitu (Rusyana, 2011):
a.
Amphineura,
Tubuh pipih, tidak ditemukan bagian kepala, memiliki punggung yang dilindungi
cangkang. Contoh: Chiton sp, Chaetopleura apiculata, Neomenia carimata.
b.
Gastropoda, Bergerak menggunakan perut, tubuh memiliki cangkang yang melintir, kepala dibagian depan, pada
bagian kepala terdapat tentakel panjang yang terdapat bintik mata dan tentakel
pendek berfungsi sebagai indera pembau dan peraba. Hidup di darat, air tawar,
air laut.
c.
Scaphopoda
Memiliki cangkok berbentuk silinder, kedua ujung terbuka, kaki muncul dari
ujung cangkang yang berfungsi untuk menggali pasir. Hidup dilaut, terpendam
dipasir atau lumpur. Contoh : Dentalium vulgare
d.
Cephalopoda, Cephalopoda
menggunakan kepala sebagai alat gerak, memiliki tentakel pada kepala, terdapat
sepasang mata yang tidak berkelopak. Didekat kepala terdapat corong (sifon)
yang dapat menyemprotkan air. Pada bagian perut terdapat kantung tinta. Cephalophoda terdiri dari 2 ordo, yaitu :
1. Tetrabranchiata,
contoh: Nautilus
2. Dibranchiata, contoh: Loligo sp (cumi-cumi), Sepia sp (ikan sotong), Octopus sp
e.
Pelycypoda,
kelas ini memiliki remis, tiran dan bangsa kepah lainya. Habitatnya diair tawar
dan laut. Beberapa jenis Membenamkan diri dipasir atau lumpur, ada juga yang
bergerak pelan atau menempel pada objek tertentu. Contoh: Nucula proxima,
Solemya velum
2.3 Reproduksi
dan Daur Hidup Mollusca
Molusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling
terpisah pada individu lain. Fertilisasi dilakukan secara internal dan
eksternal untuk menghasilkan telur. Telur berkembang menjadi larva dan
berkembang lagi menjadi individu dewasa. Reproduksi Cephalopoda umumnya
Dioecious, Gonad terletak di ujung posterior dan selalu terjadi perkawinan,
sperma yang dihasilkan oleh testis di alirkan ke seminal viccle,
dikumpulkan dan dibungkus dalam semacam kapsul yang disebut spermathopora.
Kemudian Spermathopora disimpan dalam kantung penyimpanan yang besar, yaitu
kantung needham yang mempunyai bukaan dirongga mantel sebelah kiri. Telur
dibungkus dengan albumin, kemudiaan dilapisi zat semacam agar yang mengeras
apabila terkena air laut. Ocviduct bermuara di rongga mantel. Salah satu
tangan coleoid bermodifikasi untuk memindahkan spermathopora dari kantung
needham ke dinding rongga mantel betina dekat oviduct (Aslan, 2010).
Reproduksi pelecypoda umumnya dioecious, mempunyai sepasang gonad
yang terletak berdampingan dengan usus , kopulasi tidak ada. Beberapa
jenis pelecypoda bersifat hermafrodit, menghasilkan telur dan sperma pada
bagian dalam gonad yang sama dan mempunyai gonoduct yang sama (Aslan,
2010).
2.4 Makanan
dan Kebiasaan Makan Mollusca
Makanan dan kebiasaan makan pada gastropoda beragam yaitu ada bersifat Herbivora,
Karnivora, Ciliary feeder, Deposit feeder, parasit maupun Scavenger. Pada
kebanyakan gastropod, radula merupakan alat untuk makan yang tingkat
perkembangannya sudah tinggi, meskipun ada beberapa jenis yang tidak
mempunyainya. Jumlah gigi pada radula 16 sampai 750.000 buah, tergantung
pada jenisnya (Aslan, 2010).
Molusca memiliki alat pencernaan sempurna mulai dari mulut yang mempunyai
radula (lidah parut) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga mantel. Di
samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik.
Sistem pencernaan pada Gastropoda dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan
rahang dari zat tanduk. Di dalam mulut terdapat lidah parut atau radula dengan
gigi-gigi kecil dari kitin. Selanjutnya terdapat kerongkongan, kemudian lambung
yang bulat, usus halus dan berakhir di anus. Gastropoda umumnya pemakan
tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Sistem pencernaan makanan pada
cumi-cumi dan gurita terdiri atas mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus
buntu, usus dan anus. Pada sistem pencernaan dilengkapi dengan kelenjar
pencernaan yaitu kelenjar ludah, hati dan pankreas. Makanan cumi-cumi berupa
ikan, udang dan Mollusca lainnya. Sistem pencernaan pada Kalandue (Polymesoda
sp.) dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya
bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk
keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan
kecil yang terdapat dalam perairan berupa Protozoa diatom. Makanan ini dicerna
di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan
dikeluarkan melalui anus (Suwignyo, 2005).
Semua Cephalopoda adalah karnivora,mempunyai penglihatan yang tajam untuk
mencari mangsa, dan menggunakan tangan atau tentakelnya untuk menangkap mangsa.
Octopus menunggu mangsa di tempat persembunyiannya atau berburu
mangsa di malam hari. Makananya berupa siput, ikan dan terutama
kepiting yang ditangkap dengan tangan-tangannya kemudian dilumpuhkan
memakai racun dari kelenjar ludahnya. Loligo sp. Memangsa ikan dan
udang pelagis dengan cara berenang cepat ke kawasan ikan mackerel muda, dan
menangkap seekor ikan dengan tentakelnya. Kebanyakan kelas Pelecypoda adalah
filter feeder dan memakan plankton, terutama Phytoplankton dan butir-butir
lain. Pada sub kelas septibranchia, dimana insang menghilang, hidup
secara karnivora atau scavenger. Sebagai ciliary feeder, radula tidak
diperlukan, jadi golongan ini tidak memiliki radula. Dari mulut makanan
dialirkan ke esopagus, ke perut dan usus. Akhirnya makanan yang tidak di
cerna dibuang melalui anus yang bermuara pada lubang air keluar. Semua
Cephalopoda carnivora, mempunyai radula, tetapi yang penting adalah rahang
berbentuk paru yang kuat, berguna untuk mengunyak dan menggigit mangsa.
Mangsa terdiri atas ikan dan berbagai avertebrata, tergantung besarnya
masing-masing jenis. Loligo mundur dengan cepat pada kawasan ikan
tuna muda, menangkap seekor ikan dengan cepat, menggigit sepotong daging
membentuk segitiga pada bagian leher (merusak benang saraf). Uniknya
gigitan itu selalu pada tempat yang sama. Octopus menunggu mangsa
di dekat sarangnya (lubang atau cela batu). Makanan Octopus dan Loligo
adalah siput, kepiting atau ikan yang lewat, ditarik dan ditangkap dan di bawa
kesarangnya (Suwignyo, 2005).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun Praktikum filum Protozoa ini
dilaksanakan pada hari rabu, 20 November 2013 pada pukul 13:20-15:00 WIB dilaksanakan
di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1
Alat
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu, sterofom, gunting, silet, karter, jarum pentol, dan up/mikroskop
binokuler.
3.2.2
Bahan
Adapun bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu, Bekicot (Achatina fulica) dan Cumi cumi (Loligo
sp).
3.3
Cara Kerja
3.3.1
Kelas Amphineura
a.
Pengamatan
morfologi luar tubuh
Dengan menggunakan lup atau mikroskop perhatikan bagian dorsal dan
ventral tubuh chiton. hitung cangkang yang dimiliki hewan tersebut. perhatikan
apakah kepala tersebut memiliki mata tantakel, dimana letak mulut dan anus.
Hitunglah berapa insang yang dimiliki. Carilah gonopore dan nephiridiopore
hewan tersebut, kemudian gambarlah masing masing lubang tersebut.
b.
Pengamatan
struktur anatomis tubuh Chiton
c.
Gambarlah
pada lembar kerja hasil pengamatan
3.3.2
Kelas
Scappophoda
a.
Pengamatan
morfologi luar tubuh
Dengan menggunakan lup atau mikroskop binokuler perhatikan bagian
anterior, posterior, dorsal dan ventral tubuh dentalium. Amati bentuk
cangkangnya, gambarlah pada lembar kerja tubuh hewan dan bagian bagian
tubuhnya.
b.
Pengamatan
struktur anatomi tubuh
Pecahkan cangkangnya, amati dan deskripsikan organ organ penyusun
sistem pencernaan, sirkulasi, ekskresi, saraf dan reproduksi. Gambarlah pada
lembar kerja.
3 3.3.3
Kelas
Gastropoda
a.
Pengamatan
morfologi luar tubuh
Letakan Bekicot diatas kacang, perhatikan cangkangnya , perhatikan
gerakanya, carilah tentakel, mulut, dan lubang kelaminya. Amati berapa
tantakelnya. Kemudian gambarlah dilembar kerja.
b.
Pengamatan
struktur anatomi tubuh
Dengan menggunakan pisau tumpul, pecahkanlah cangkangnya lalu amati
lapisan penyusun cangkang dan carilah periostokum, calcareous, dan nacreous
atau pearly.
3.3.4
Kelas
Pelycypoda
a.
Pengamatan
morfologi luar tubuh
Dengan menggunaan lup atau mikroskop binokuler amati bagian tubuh
kerang, amati kedua ujung tubuh kerang, lalu tentukan bagian enterior dan posterior,
kemudian gambar hasil pengamatan pada lembar kerja.
b.
Pengamatan
struktur anatomis tubuh
Dengan menggunakan skalpel buka cangkangnya, amati lapisan lapisan
penyusun cangkang. Carilah amati mentelnya, dan carilah serta amati organ organ
penyusun. Lalu gambarlah hasil pengamatan pada lembar kerja.
3.3.5
Kelas
Cephalopoda
a.
Pengamatan
morfologi luar tubuh
Tentukan bagian dorsal, ventral, anterior, dan posterior tubuh,
dan tentukan pula tangan dan
tentekelnya, amati batil penghisap pada permukaan tangan dan tantakelnya,
kemudian gambarlah hasil pengamaan.
b.
Pengamatan
struktur anatomi tubuh
Bedahlah sepanjang garis median mentel tubuh bagian posterior,
pembedahan dimulai dari bagian kearah yang berdekatan dengan sifon menuju
kebagian dorsal tubuh. Hati hati jangan memotong rectum dan kantung tinta. Cari
dan amati organ organ penyusun sistem peredaran, pernapasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Bekicot
a. Gambar Referensi Morfologi Bekicot
(Achatia fulica)
b. Gambar Morfologi Bekicot (Achatia
fulica)
c.
Gambar Referensi Anatomi Bekicot
(Achatia fulica)
d.
Gambar Anatomi Bekicot (Achatia
fulica)
4.1.2 Cumi-cumi (Loligo sp)
a. Gambar Referensi Morfologi Cumi-cumi (Loligo
sp
b. Gambar Morfologi Cumi-cumi
(Loligo sp)
c.
Gambar Referensi Anatomi Cumi-cumi (Loligo
sp)
d.
Gambar Anatomi Cumi-cumi (Loligo sp)
4.2
Pembahasan
4.2.1
Bekicot (Achatia fulica)
a. Morfologi
Tubuh Bekicot (Achatia fulica)
Dari hasil pengamatan
praktikum bekicot diperoleh morfologi bagian kepala terdapat
photoreseptor (sepasang tentakel yang panjang ,tegak ke atas), sebagai alat
penerima rangsang cahaya karena memiliki stigma (mata di ujung tetakel,
berbentuk bulat) dan stylus (tungkai tentakel) yang dapat dijulurkan dan
ditarik. Khemoreseptor (tentakel pendek ,sepasang ,mengarah ke bawah ) sebagai
alat penerima sensor kimiawi sekaligus sebagai alat peraba. Rima oris (Celah
mulut), tepinya bergigi halus (radula) untuk membuktikannya, perlu mulutnya
diraba dengan ujung jari. Kaki perut (gastropodos), lebar dan pipih, sebagai
alat gerak, memiliki banyak kelenjar penghasil mucus (lendir) bagian muskuler
ini dapat di konsumsi. Anus (muara saluran cerna ) nampak jelas, dan porus
genitalis (muara organ genitalia), terletak di bagian photoreseptor, berfungsi
untuk lewatnya penis pada saat Kopulasi.
b. Anatomi Bekicot (Achatia
fulica)
Anatomi
bekicot pada hewan hermaprodit tidak dapat dibedakan antara jantan dan
betinanya, karena tiap Individu memproduksi ovarium dan sperma sekaligus.
Sperma dari tubuh bekicot tidak dapat dibuahi sel telur yang diproduksinya
sendiri. Sistem respirasi
bekicot yang hidup di air bernapas dengan insang. Sedangkan yang hidup di darat
tidak memiliki insang. Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel
berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru. Sistem ekskresi berupa sepasang nefrida yang berfungsi sama dengan
ginjal. Habitatnya hidup di
air laut, tawar, darat dan sebagian hidup sebagai parasit.
4.2.2
Cumi-cumi (Loligo sp)
a. Morfologi
Tubuh Cumi-cumi (Loligo sp)
Pada praktikum yang telah dlakukan diketahui bahwa
morfologi
tubuh cumi relatif panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala, leher dan badan. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke belakang, sifon akan menyemburkan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya. Di bagian perut, tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh. Pada saat itu cumi-cumi dapat meloloskan diri dari lawan. Sedangkan pada anterior badan terdapat endoskeleton.
tubuh cumi relatif panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala, leher dan badan. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke belakang, sifon akan menyemburkan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya. Di bagian perut, tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh. Pada saat itu cumi-cumi dapat meloloskan diri dari lawan. Sedangkan pada anterior badan terdapat endoskeleton.
Menurut
Jasin (1984), tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala , leher, dan badan.
Kepala cumi-cumi besar, matanya berkembang dengan baik karena dapat berfungsi
untuk melihat. Mulutnya terdapat di tengah-tengah, dikelilingi oleh 10
tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek. Tentakel panjang
berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Pada setiap tentakel terdapat
alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat sirip yang
penting untuk keseimbangan tubuh. Pada dinding permukaan dorsal terdapat pen
yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh tubuh cumi-cumi terbungkus oleh
mantel. Di bagian punggung, mantel melekat pada badan, sedangkan di daerah
perut tidak melekat, sehingga terbentuk rongga disebut rongga mentel.
Menurut
Jasin (1984), Cumi-cumi dapat bergerak dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan
tentakel dan dengan menyemprotkan air dari rongga mantel. Bila rongga mentel
penuh air, dan air menyemprot melalui sifon menyebabkan tubuh cumi-cumi
terdorong mundur. Semprotan air menimbulkan dorongan yang sangat kuat terhadap
tubuh cumi-cumi, sehingga timbul gerakan seperti panah, itulah sebabnya
cumi-cumi sering disebut panah laut. Alat pencernaan cumi-cumi terdiri atas
mulut, pharynx, kerongkongan, lambung, usus buntu, usus dan anus. Sistem
pencernaan cumi-cumi telah dilengkapi kelenjar pencernaan yang meliputi
kelenjar ludah, hati, dan pancreas. Makanan cumi-cumi adalah udang-udangan,
mollusca lain, dan ikan. Anus cumi cumi bermuara pada rongga mantel. Cumi-cumi
hanya dapat berkembang biak secara kewin. Alat kelaminnya terpisah,
masing-masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel dekat saluran
yang terbuka kearah corong sifon. Cumi-cumi betina menghasilkan telur yang akan
dibuahi di dalam rongga mentel. Kemudian, telur yang sudah dibuahi dibungkus
dengan kepsul dari bahan gelatin. Telur yang menetas menghasilkan cumi-cumi
muda berukuran kecil.
Menurut
Sari (2013), hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam.
Pada kepala terdapat delapan tangan-tangan dan dua tentakel. Umumnya mereka
juga memiliki kantung tinta, yang menghasilkan cairan tinta hitam yang akan
disemburkan dalam keadaan bahaya untuk menghindar dari musuhnya. Cephalopoda
bernapas dengan insang dan memiliki organ indra serta sistem saraf yang
berkembang baik, yang berguna untuk pergerakan dan mencari mangsa. Mata
cephalophoda dapat melihat dan berfungsi seperti vertebrata. Cangkang cumi-cumi
kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel. Cumi-cumi dapat bergerak
sangat cepat dengan cara menyemprotkan air dari bawah mantelnya. Bila dalam
bahaya cumi-cumi melarikan diri sambil menyemprotkan tinta berwarna hitam
bersama-sama dengan air yang digunakan untuk bergerak dan cairan ini akan
menghambat lawan, di dalam mulutnya terdapat radula. Ukuran tubuhnya
berfariasi, dari beberapa centimeter hingga puluhan meter. Kecuali Nautilus,
semua anggota tubuh Cephalopoda tidak terlindungi oleh cangkang.
b. Anatomi Tubuh Cumi-cumi (Loligo
sp)
Hewan ini memiliki dua ginjal atau
nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari
ruang pericardium dan membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang
terletak di sisi usus.
Menurut Andre (2013), Organ
pencernaan di mulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang
terbuat dari zat kitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua
rahang tersebut di karenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang
terletak di masa bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak ujung anterior hati dan
mensekresi racun yang akan bermuara ke daerah rahang. Kelenjar pencernaan
terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di anterior dan pancreas
terletak di posterior. Lambung bersifat muscular dan berfungsi mencampurkan
makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan. Zat-zat makanan akan
menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ pencernaan berikutnya adalah
rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel.
Menurut Andre (2013), Setelah
cumi-cumi di belah dapat di ketahui organ-organ yang terdapat pada cumi-cumi
tersebut. Yang mana di dalamnya terdapat sepasang insang yang berfungsi untuk
pernafasan, kantong tinta yang berfungsi untuk tempat tinta pada cumi-cumi,
penis yang berfungsi sebagai alat reproduksi, sepasang jantung insang, usus,
jantung yang berfungsi sebagai alat sirkulasi, sepasang ginjal yang berwarna
putih sebagai alat ekskresi, lambung yang berfungsi sebagai pencampur makanan
dan hasil sekresi dari kelenjar pencernaan, rektum dan anus yang bermuara dalam
rongga mantel.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pada praktikum ini diketahui pada morfologi bekicot terdapat
bagian-bagian-bagian seperti mata, tentakel, mulut, apeks, body whorl, auter
lip, dan operculum closing opertare. Dan pada anatomi terdapat bagian usus,
paru, telur, hati, dan kelenjar saliva keluar lambung. Dan pada morfologi
cumi-cumi terdapat bagian-bagian tentakel, kepala, mata, siphon, mantel, dan
sirip.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati objek yang
DAFTAR PUSTAKA
Andre. 2013.
Morfologi dan Anatomi cumi-cumi. Website: http://www. Camauflagetatext. Com. Diakses
pada 3 Januari 2013.
Aslan, M. 2011. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Kendari:
Fakultas. Universitas Haluoleo.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung. Alfabeta
com. diakses pada 3 januari 2013.
Suwignyo, S. 2005. Avertebrata Air. Bogor: Lembaga Sumber
Daya Informasi IPB.
Wulandari,
Desi. 2010. Zoologi Invertebrata. Jakarta: Tunas gemilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar